Pelatihan Khusus untuk Kelompok
Peternak di Padang,
Tim LPPM Unand Tawarkan Alat
Deteksi Kebuntingan Dini
LPPM Unand bantu kelompok
peternak di Padang
Padang (Minangsatu) - Untuk mengevaluasi
keberhasilan kawin secara alami atau inseminasi/IB sehingga mampu meningkatkan
efisiensi reproduksi ternak sapi betina, Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas menawarkan suatu temuan baru,
yaitu Alat Deteksi Kebunting Dini.
Hal tersebut
terungkap dalam Pelatihan untuk Kelompok Ternak Kota Padang di Parak Karakah
Padang, Sabtu (16/11). Dalam Pelatihan yang diikuti oleh 40 orang peternak ini
diulas mengenai manfaat penggunaan Alat Deteksi Kebunting Dini.
Bertindak
sebagai pemateri Tim dari LPMM dan Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
antara lain Dr. Ferry Lismanto Syaiful, S.Pt, MP (Ketua Pelaksana) , Prof. Drh.
Endang Purwati, MS, Ph.D, Dr. Ir. Suyitman, MP dan Dr. Evitayani, M.Agr.
Menurut, Dr. Ferry Lismanto Syaiful, S.Pt, MP, kemajuan teknologi pada sektor
peternakan kini tengah berkembang pesat, khususnya untuk perkembangan populasi
sapi di masa depan. "Salah satu kemajuan teknologi yang terbaru adalah
test kit untuk mendeteksi kebuntingan dini pada sapi potong. Deteksi
kebuntingan merupakan komponen penting dari manajemen reproduksi, khususnya
pada industri sapi potong," katanya.
Dr. Ferry Lismanto Syaiful, S.Pt,
MP juga
mengatakan bahwa melalui alat deteksi kebuntingan dini pada sapi ini tentunya
memberikan peluang untuk mengetahui sapi bunting pada usia kebuntingan muda
sesudah dilakukan kawin secara alami atau inseminasi/ IB.
"Melalui
alat ini, deteksi kebuntingan dapat dilakukan lebih awal yaitu mulai umur 15
hari dan hanya membutuhkan waktu 60 menit dalam pelaksanaannya. Dengan demikian
peternak dapat meningkatkan efisiensi reproduksi dan menekan biaya
produksi," paparnya.
Alat deteksi
kebuntingan dini ini mempunyai beberapa keunggulan diantaranya dapat memberi
informasi keberhasilan perkawinan lebih awal, harganya murah, pengaplikasian
yang mudah dan akurat, tidak membutuhkan skill, serta dapat melakukan deteksi
kebuntingan dini sapi secara massal.
Sebagaimana
yang diketahui bahwa selama ini pengecekan kebuntingan sapi dilakukan dengan
pengecekan fisik secara langsung (perogohan atau palpasi rektal) dan biasanya
peternak mengeluarkan biaya dari Rp 35 ribu hinga 50 ribu per deteksi.
"Kalau
deteksi kebuntingan secara konvensional/ palpasi rektal kurang efektif karena
membutuhkan umur kebuntingan lebih dari 60 hari serta membutuhkan tenaga yang
terampil," tegas Dr. Ferry.
Tim LPPM
Unand hadir sebagai wadah yang selalu siap membantu masyarakat Sumatera Barat
dalam meningkatkan kualitas hidup. Khusus untuk para peternak sapi, LPPM Unand
mengajak mereka agar senantiasa meng-up grade wawasan dan ilmu pengetahuan
mereka dalam memperbaiki manajemen reproduksi ternak sehingga dapat
meningkatkan produktivitas ternak.
No comments:
Post a Comment